Category

Cerita Hati (36) Ilmu Kuliah (4) Lirik Lagu (6) Siraman Hati (3) Tips dan Info (5)
Tampilkan postingan dengan label Siraman Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Siraman Hati. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 Oktober 2016

Belajar dari Alam


Beberapa tahun yang lalu, saya sempat ke kota Jakarta untuk interview. Intinya, waktu saya mau pulang, saya ditipu sama agen Bis. Ceritanya panjang, yang pasti dengan muka marah kayak banteng saya minta dibalikin ke terminal dan minta uang saya kembali. Padahal Bisnya udah jalan, hampir masuk tol malah. Kalau saya gak dibalikin ke terminal, saya cakar-cakar tuh mukanya pak sopir! Hahahaa.
Akhirnya saya pulang naik kereta. Saya naik kereta dari stasiun Senen. Karena kereta baru berangkat jam 3 sore, jadi saya duduk-duduk santai sambil nunggu jam 3 tiba. Saat lagi nunggu, ada Bapak-

Jumat, 22 Februari 2013

Bersihkan Hati



Orang yang memiliki harta melimpah, namun hatinya senantiasa resah-gelisah, apalah artinya banyaknya harta itu. Karena sesungguhnya yang sangat bernilai mahal dalam hidup ini adalah sakinahnya/ketentraman hati. Dari mana datangnya sakinah. Sakinah hanya datang dari Allah SWT. Sakinah tidak datang dari suami, istri, harta, atau kekuasaan. Berapa banyak orang yang pergi mencari ketenangan kemudian pergi ke pinggir sungai, atau ke tengah hutan untuk bertapa, tapi ia tidak bisa menemukan ketenangan yang benar-benar hakiki. Sakinah itu ada bersama Allah SWT. Sedangkan Allah SWT ada bersama di mana pun kita berada. Orang yang sakinah tidak bisa jauh dari Allah.

"... Sesungguhnya, dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."(13:28)

Dalam kitab Imam Nawawi ditulis hadits Rasulullah saw, beliau bersabda:“kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa segala sesuatu yang mengganggu jiwa dan engkau tidak suka hal itu di ketahui orang lain.” (HR Muslim)

Seorang sahabat Nabi Saw yang bernama Wabishah ra bertanya tentang bagaimana cara membedakan antara kebajikan dan dosa. ”Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?” Wabishah menjawab,” Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.”Beliau bersabda,”Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata,“Benar.” Beliau Saw merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda, “Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada. (Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.al-Darimi dari Wabishah ra )

Kalau berada di jalan yang Allah SWT sukai, Allah SWT pasti melihat kita dan pasti memberikan perlindungan. Kebaikan itu cirinya harus berasaskan pada dua hal, niatnya yang lurus dan caranya benar.

Allah SWT akan memberi ketenangan ke dalam hatinya bagi orang yang benar-benar asli di jalan yang benar, tandanya ia akan diberi ketenangan walaupun orang lain menyalahkan. Sedangkan mereka yang keras kepala walau menggunakan dalil-dalil, seakan menjadi pembenaran perilaku menyimpangnya, maka Allah akan mengambil ketenangan di dalam hatinya. Karena Allah yang menguasai dan menggenggam diri kita. Bila orang lain tidak menghargai kita, jerih payah kita, tidak menjadi masalah. Urusan kita adalah berbuat baik lillahi Ta’ala.

Cukup Allah yang Maha Mengetahui. Minta pendapat di hatimu. Ini penting, artinya hati harus tetap dijaga bersih, agar cahaya hati tidak redup. Kalau hati bersih nasihatnya akan bagus. Walau berada di hutan belantara tidak menjadi masalah. Kalau hati tertimbun sampah dosa, maka suara kebenaran yang dikeluarkan hati tidak akan nyaring. Maka, sampahnya itu yang harus dikeruk. Kalau Ramadan ini sukses, tanda sukses pula dalam mengeruk kotoran dalam hati kita.

Maka ketika hati senantiasa dijaga kesuciannya, misalkan, bila sebelumnya suka mendengar lawakan, sekarang ketika melihat lawakan itu, ia pun akan bersikap mengembalikan lagi semua kepada Allah, karena yang menciptakan semua makhluk, dan kembali kepada perintah-Nya untuk tidak melakukan perbuatan sia-sia. 

Makin lama makin nyaring suara hati, sehingga terasa hati makin bersih. Lisan yang terlalu banyak bicara, tapi bila hatinya sudah terbiasa bersih selalu memberikan tanda. Makanya sulit untuk marah atau berbuat jelek, karena hatinya sudah terbiasa dijaga kebersihannya, ini maksud dari bertanya pada hatimu.

Oleh : AA Gym (detik.com)

Jumat, 19 Oktober 2012

Bersandar Hanya Kepada Allah



Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah SWT. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apa pun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.

Ada pun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha." (dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan).

Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan dikembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapa pun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk. Naudzubillah.

Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapa pun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar pada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran lainnya.

Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun 'alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.

Jabatan diambil, tak masalah karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan. Punya kedudukan di kantor, jika kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita, ketika diambil justru itu adalah kebaikan. Kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.

Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, “Ya silahkan... Buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?” Tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta rupiah, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit senilai 16 juta, sudah tekor itu.

Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya orangtua seorang pejabat, punya kekuasaan, jika dikehendaki, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat orangtua kita tidak bisa melakukan apa pun, sehingga jabatannya harus segera digantikan, misalnya.



Source : Ustad AA Gym.