Melupakan seseorang yang pernah mengisi hari-hari
kita sangatlah susah. Apalagi jika masih ada rasa cinta yang tertanam dalam
hati. Namun tidak dengan dia. Jadi tidak sejalan. Setelah berpisah, keputusan
untuk melupakan sangatlah susah. Aku punya pendapat pribadi. Jika dalam sebuah
hubungan dan pada akhinya hubungan itu berakhir, maka pihak yang paling gampang
melupakan adalah pihak yang memutuskan hubungan atau pihak yang minta putus. Sedangkan
pihak yang di-“putus”-kan, dialah yang paling susah melupakan. Kalau menurutku
sih gitu, gak tau deh kalau ada pendapat lain, hehehehe. Aku pengen aja
sharing-sharing tentang susahnya melupakan. Hmmmm nyerepet masalah pribadi dikit-dikit, hahaha. Semoga aja bisa
memotivasi, hehehe.
Buat aku pribadi ni ya, aku menilai suatu
hubungan itu seperti tali persaudaraan, entah sama siapapun itu. Seperti halnya
pacaran, juga menjaga tali silaturahmi, namun kadarnya sedikit berbeda. Sebelum
memutuskan untuk menjalin hubungan cinta, pada awalnya pastilah kita berteman
dulu. Ya teman biasa, kenal, ngobrol, tukeran no hp, lebih sering ngobrol,
deket lebih seperti sahabat, PDKT, mulai tumbuh rasa, kemudian memutuskan untuk
pacaran. Ya kira-kira begitulah prosesnya. Ingat, awalnya berteman sebelum
pacaran. Ada beberapa kasus setelah putus malah musuhan. Harusnya gak boleh
gitu, lha awalnya temen kenapa malah jadi musuh abis putus. Kan mending gak
usah pacaran kalo akhirnya Cuma jadi musuh, ya gak? Hehehehe. Tapi gak bisa
disalahin juga sih. Kebanyakan yang gitu itu dari pihak cewek. Gak saling tegur
sapa dengan alasan supaya bisa cepet lupa, gak inget-inget lagi dan gak sakit
hati lagi. Hmmm ya gak salah juga, cewek kan kebanyakan melakukan apa-apa pake
perasaan, logikanya dikit. Padahal ni ya, kalau mengedepankan logika itu lebih
enak. Biasanya cowok yang suka pake logika. Makanya cowok kalo abis putus
keliatan biasa aja. Cepet ngelupain. Tapi gak tau lagi gimana dalemnya (baca :
hati). Mungkin aja dia nangis sendirian di kamar, wkwkwkwwk.
Aku kasi contoh ya gimana enaknya pake logika. Kalau
udah putus, inget-inget lagi kenapa kita bisa putus? Gak cocok? Selingkuh? Orang
ketiga? Penghianat? Banci? Homo?ato alasan lain? Coba deh dipikir, apa Cuma kamu
yang selama ini berusaha, ya berusaha untuk tetap setia, berusaha menjaga
hubungan. Kamu harus perhatikan dia juga. Kalau dia gak pernah berusaha buat hubungan
kalian, dan Cuma kamu aja yang berusaha,
ya berarti gak imbang dong. Tu artinya dia udah gak cinta lagi sama kamu. Simple
sih penilaiannya. Asal kamu mau membuka pikiran, logika kamu. Jika memamng
faktanya seperti itu, ya memang sakit, tapi kenyataannya begitu. Ya udah lepas
aja. Jangan lagi berharap sama dia, ambil pelajaran dari semua yang udah
terjadi. Satu atau dua kali mencoba bertahan tidak apa. Tapi jika dia tidak
juga berubah, sudah, LEPAS SAJA!! Janganlah kamu mengemis cinta. Jaga harga
dirimu. Yakinlah di depan masih ada yang lebih baik dari dia. Cinta itu
datangnya dari hati, dia akan tulus memberi, cinta itu tidak perlu diminta
untuk dapat mengisi hati kita. Jika memang cintanya murni, dia akan tulus memberi.
Jangan terlalu lama berputus asa karena cinta. Kalau
udah putus cinta jangan merasa menjadi orang paling merana di dunia. Masih banyak
yang orang yang lebih merana selain karena cinta. Ingatlah kamu masih punya
Tuhan, masih ada keluargamu, teman-temanmu, sahabat-sahabatmu. Mereka gak akan
ninggalin kamu. Maka dari itu penting menjaga hubungan baik dengan Tuhan,
keluarga dan teman-teman. Jangan karena kamu udah punya pacar, lantas kamu lupa
sama mereka. Tiap hari kerjaannya berduaan mulu sama pacar, seneng-seneng sama
pacar. Nah kalau udah putus baru inget temen. Gak boleh kayak gitu!! Emang temenmu
tempat sampah, didatengi Cuma kalau lagi sedih? Gak ada pertemanan model gitu. Senang
sedih kita harus selalu ada untuk teman-teman kita. Ya seimbanginlah waktu
dengan pacar dan waktu dengan teman. Ingatlah kawan, jangan terlalu mendewakan
pasangan kita (pacar), itu gak baik dan itu hanya akan membawa kerugian buat
kamu nantinya. Pacaran boleh lah, yang wajar-wajar saja. Apalagi ni masih pacar
ya, kalau dia jaminan jadi suami sih gak apa-apa kalau agak berlebihan (dalam
hal pacaran positif). Kalau belum yakin, ya udah biasa aja, cukup niatkan
saling mengenal satu sama lain. Ibarat kalau kita sayaaaang banget sama boneka
tidur kita, nah kalau bonekanya lagi dijemur terus ilang, ya bisa gila galau
gak bisa makan tidur. Nah coba kalau biasa aja sayangnya sama boneka itu, ilang
ya sedih. Tapi kan masih banyak ditoko boneka yang lebih bagus. Beli aja yang
baru. Hahahaha ceritanya loncat-loncat ya, semoga aja pada ngerti yang baca.
Maaf ceritanya abstrak, tapi sebenernya punya inti. Jadi
gini, kita janganlah terlalu lama berputus asa karena putus cinta. Tetap jaga
hubungan baik dengan Tuhan, keluarga dan teman. Karena biasanya kalau kita
putus, merekalah yang akan jadi penyemangat kita. Jangan juga terlalu
mendewakan pacar, berpacaranlah sewajarnya saja. Jangan juga hati kita dikuasai
oleh perasaan, gunakanlah logika. Berkorbanlah sedikit demi menerima fakta yang
menyakitkan. Jangan melulu mendahulukan perasaan. Gabungan logika dan perasaan
akan lebih baik. Semangat ya teman, janganlah galau terus-terusan. Kalau urusan
dunia saja galau, apalagi urusah akhirat nanti? Hehehehe. Cepat move on. Dunia yang indah dan colourfull sedang menanti didepan.
SEMANGAT!!!
Sekian dulu, maaf kalau tulisannya gak rapi dan agak
berantakan. Otakku terlalu cepat berpikir, nah jari-jariku lambat ngetiknya, ya
gini deh jadinya, hehehehe. Semoga bermanfaat. Kalau ada kritik, saran, silakan
meninggalkan komentar. Terima kasih. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar