Rabu, 12 Oktober 2016

Belajar dari Alam


Beberapa tahun yang lalu, saya sempat ke kota Jakarta untuk interview. Intinya, waktu saya mau pulang, saya ditipu sama agen Bis. Ceritanya panjang, yang pasti dengan muka marah kayak banteng saya minta dibalikin ke terminal dan minta uang saya kembali. Padahal Bisnya udah jalan, hampir masuk tol malah. Kalau saya gak dibalikin ke terminal, saya cakar-cakar tuh mukanya pak sopir! Hahahaa.
Akhirnya saya pulang naik kereta. Saya naik kereta dari stasiun Senen. Karena kereta baru berangkat jam 3 sore, jadi saya duduk-duduk santai sambil nunggu jam 3 tiba. Saat lagi nunggu, ada Bapak-
bapak yang sudah agak tua, ya sekitar umur 60an mungkin. Beliau ajak saya ngobrol. Nama beliau adalah Pur (lupa kepanjangannya), saya disuruh panggil Pakdhe Pur. Beliau baru datang daru luar kota, sedang nunggu hemputan anaknya. Anaknya masih kerja, jadi sore baru pulang. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol deh. Banyak sekali hal yang kami bicarakan. Dan ada satu topik yang paling saya ingat sampai sekarang.
Pakdhe: Belajar itu ndak harus disekolah lho nak.
Saya: lho kok gitu pakdhe?
Pakdhe: iya, kita bisa belajar dari alam juga. Misalnya tentang sedekah. Kalau kita tidak paham teori sedekah ndak apa-apa, alam banyak memberikan contohnya.
Saya: Misalnya gimana pakdhe?
Pakdhe: Sedekah itu seperti kita membuang kotoran dalam tubuh kita.
Saya: lho kok gitu permisalannya?
Pakdhe: hayo kamu bisa ndak menerjemahkan maksudnya? Hehe
Saya: bingung pakdhe, haha.
Pakdhe: jadi begini. Kita capek-capek kerja kan untuk mendapatkan rejeki ya? Katakanlah itu uang. Uang yang kita dapatkan itu seumpama makanan nak. Rejeki itu makanan (ibarat) dan iman kita itu seumpama badan kita. Kenapa kita harus bersedekah? Ya coba kita bayangkan saja, kalau tubuh kita terus-terusan diberi makan. Makan makan dan makan terus. Apa yang akan terjadi sama tubuh kita?
Saya: (mikir lamaa, oon nih gua, hahaha) kenyang pakdhe.
Pakdhe: selain kenyang?
Saya: (gak kepikiran yang lainnya selain kenyang, hahaha) apa lagi ya? Hehe. Apa pakdhe?
Pakdhe: waah kamu itu, haha. Lha kamu kalau makan saja terus, emang kenyang. Tapi kan harus ada yang "dikeluarkan". Bener gak?
Saya: oooh iya ya. Kalau gak dikeluarkan sakit dong nanti badan kita.
Pakdhe: betul. Kalau kita makan saja, gak ada yang dikeluarkan (kotoran kita maksudnya, tau lah yaa), ya sakit badan kita. Bisa-bisa kita keracunan. Sama seperti Rejeki dan Sedekah. Kalau kita sibuk saja cari rejeki, gak ada yang dikeuarkan (disedekahkan), ya iman kita yang akan sakit, jiwa kita yang akan sakit.
Saya: ( takjub dalam hati, subhanallah) 
Pakdhe: ya memang sakit iman atau jiwa atau hati, untuk sebagian orang mungkin memang tidak terasa. Tidak seperti badan, sakit perut pasti akan terasa. Maka dari itu, terus berdoa kepada Allah semoga iman, hati dan jiwa kita senantiasa dijaga.
Saya: iya pakdhe
Kami lanjut dengan obrolan yang lain. Tidak terasa penumpang sudah dipanggil, akhirnya saya pamitan, dan kami berpisah. Saya selalu berdoa semoga pakdhe sehat selalu, dalam lindungan Allah selalu.
Terkadang saat saya sedang merenungi ayat-ayat Allah, saya mengaitkannya dengan Alam. Dan banyak sekali pelajaran yang bisa saya dapatkan. Allah menciptakan Alam ini untuk kebutuhan kita. Salah satunya ilmu. Alam banyak sekali memberikan kita contoh kehidupan yang baik.
Terima kasih ya Allah atas semua anugerahmu. Jaga alam kita ya teman-teman 
Note: maaf kalau banyak typo, ngetik dari hp, tak sempat buka laptop 
#tumblr #blogspot
tumblr: tiwistatistika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar